Kamis, 03 Maret 2011

TERKUNCI DALAM RUANG KOSONG

Menjamah dinding lembab dalam ruang kosong, . .
tersentak merasakan terburu senyap
Sudah, . . cukup, . . terjawab pertanyaanku tentang apa yang ada di depan
itu hanya nafsu dan itu akan menyiksa diri

Terdorong hasrat yang mustahil tanpa mendapatkan kepercayaan
Jangan berani dengan bahaya jika takut dengan resikonya

Ketika datang menyerang, . . rasanya menyakitkan

Tertindih dalam tumpukan kertas yang berhambur di sebuah lubang galian 
Tertanam dalam, . . dalam sekali.

Adakah yang tahu, aku kemarin kedinginan dan menyusuri jalan ini sendirian ?
Bukan salah siapa-siapa, tapi saya sendiri yang memutuskan untuk pergi kesana.

Beku seperti salju, aku tidak pernah menunjukkan emosi
Jangan tanya kenapa, apakah kalian juga masih mempunyai nurani ?
"Apa sebenarnya yang terjadi ?", teriak pria dari bendungan
"Apa masalahnya ?" ucap lirih anak kecil dari balik lemari kayu

Saya sudah mencoba, tapi masih belum beruntung
Menyebalkan, sebenarnya sudah tahu bisa ditebak, dan akan memulai dari awal lagi

Kini terdapat lubang di dalam hati, bekas dari lemparan kerikil emosi 
Sesuatu yang kudapat di tengah jalan 6 bulan kemarin dan telah berakhir.

Leave myself open that I won't be makin' a mistake again.

Menuangkan perasaan hati pada Malaikat Penjaga
Terpaku dalam sujud lantunkan syair puja 
Tiada pernah mendengar tanpa menghiraukan yang terlihat
Terbiar menatap kepergian, hanya memberikan seulas senyuman

Sudah berakhir, terlambat untuk menyimpan yang berlalu indah

Berjanjilah akan memikirkanku setiap melihat langit dan bintang,
Ketika diterpa angin dan melihat derunya ombak

Karena aku masih terikat, terkunci dalam ruang kosong ini.
Selengkapnya...

INDONESIA... NEGARA AGRARIS ATAU BAHARI ?

Kita semua pasti sudah paham, kalau sekitar dua dari tiga luas Indonesia adalah perairan. Berada pada iklim tropis, pertemuan dua lempeng besar, dan pergerakan arus laut yang melewati Indonesia, menjadi tidak ada keraguan bahwa berjuta potensi sumber daya dan keindahan terdapat di dalamnya. 

Hanya mereka yang kesehariannya bergelut dengan kelautan saja yang memahami kondisi di atas. Orang awam hanya pernah mendengar berita banyak kapal tenggelam, gelombang tinggi atau ikan yang dicuri nelayan asing. Indonesia memiliki laut yang luas. Kebanyakan orang hanya mengetahui sebatas kalimat tersebut. Di lain sisi, laut pun belum mampu untuk memberikan sumbangsih yang cukup berarti bagi persoalan bangsa Indonesia ini.

Jika kita di bolehkan mengintip ke belakang dengan bijak, tentunya kita tidak lupa dengan kalimat yang mengatakan bahwa "Indonesia Adalah Negara Agraris". Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar pun, saya sudah diberitakan tentang Indonesia yang Agraris. Mengapa disebut demikian, saya pikir banyak alasannya. Dulu mayoritas penduduk Indonesia adalah bekerja sebagai petani. Sebagian besar tata guna lahan pun dijadikan untuk pertanian atau perkebunan. Hebatnya lagi, swasembada beras pun pernah dicapai bangsa ini puluhan tahun silam.

Ternyata dibalik kehebatan itu terdapat kenyataan yang cukup menyakitkan. Program revolusi hijau yang digalakkan pemerintah kala itu mengabaikan ketimpangan kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian. Banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro pada sektor pertanian, salah satunya dengan mengkonversi lahan pertanian menjadi daerah industri, pelebaran jalan, pembuatan perumahan dan real estate, lapangan golf, pembangunan DAM, serta sektor non pertanian lainnya.

Sementara saat ini, Indonesia tidak lagi mampu berswasembada beras, petani pun merana terkena imbas dari mahalnya pupuk. Ironisnya, pemerintah lebih memilih impor karena harga yang lebih murah. Harga kebutuhan pokok berbasis pertanian sudah didikte oleh dunia Internasional, ketika harga kedelai dunia naik, Indonesia pun tak mampu menahan kenaikan harga di dalam negeri. Lepas dari itu semua, ternyata kelaparan dan kekurangan gizi merebak dipelosok Indonesia ini. Lalu, masih pantaskah Indonesia dikatakan sebagai Negara Agraris ?

Kembali ke persoalan laut di Indonesia. Walaupun banyak yang belum mengetahui begitu besarnya potensi laut yang ada, tidak bisa dipungkiri potensi itu memang ada. Dari bibir pantai hingga laut yang paling dalam sekalipun banyak potensi yang dapat dikeruk. Bahkan dengan ikan saja sebenarnya Indonesia mampu hidup, bermodalkan gas dan batubara dari laut saja Indonesia tidak perlu berhutang lagi. Namun kenyatannya, laut kita memang belum terasa kiprahnya.

Dalam beberapa hal, potensi kelautan memang lebih besar dibanding pertanian Indonesia. Tidak hanya karena luas, tapi juga keanekaragaman potensinya. Saat ini kelautan Indonesia belum terlihat taringnya, tapi mereka sudah mulai dan sedang unjuk gigi. Satu hal yang saya rasakan adalah semangat dan mimpi-mimpi dari kawan - kawan akan kejayaan laut Indonesia akan datang.

Dari sini saya berpikir sah-sah saja jika kita menyebut "Indonesia Sebagai Negara Bahari". Toh, sebelumnya kita juga sering mendengar bahwa "nenek moyangku seorang pelaut". Dengan slogan sekali layar terkembang pantang pulang sebelum mendapatkan keuntungan. Bahkan civitas kelautan yang pernah mendidik saya pun sudah menanamkan pada diri ini bahwa Indonesia adalah negeri bahari. 

Lantas bagaimana dengan Agraris?
Tidaklah saya berani mengatakan Indonesia bukan Negara Agraris lagi.
Kecuali jika saya kemarin mahasiswa di bidang pertanian, akan saya katakan bahwa Indonesia masih Agraris. He he hee 

(Dedicated to all my Hang Tuah seafarer around the world)
Selengkapnya...

SANDAL JEPITKU

Jika tak ada engkau, pasti ku merasakan kemalangan
Akan kucari keseluruh penjuru ruang
Hanya untuk merasakan nikmatmu
Walaupun setelah itu kau teraniaya, Kuinjak, kujepit lalu kuayunkan

Bila pergi tanpamu hati merasa kehilangan

Dalam suasana panas dan dingin kau lindungiku

Dalam keadaan santai kau setia menemaniku

Bahkan disaat mengunjungi istana langit pun kau tetap menopangku

Kupakai ketika berlari atau berjalan 
Entah siang atau malam, kering atau becek,
Seringkali kau dibelakang ketinggalan
Tapi tak akan kubiarkan, akan kuambil dengan segala pengorbanan 

Dari dulu sampai sekarang kau tetap idolaku
Tak jarang menjadi rebutan kala dibutuhkan
Namun sekarang kau teronggok diam disudut ruangan
Menanti saat untuk diajak jalan


Kini ku harus rela melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Satu saat nanti kau kan dapatkan
Seorang yang akan dampingi hidupmu

Maafkan aku yang kini membiarkanmu
Maafkan aku yang harus melepasmu
Walau rasa ku tak ingin,..
Biarlah

Biarkan sementara tersimpan menjadi kenangan.

Selengkapnya...